BAB Tentang Kehidupan Sosial Manusia

Kehidupan Sosial Manusia. 


Dapatkah kamu hidup sendiri? Tentu saja tidak. Kamu membutuhkan orang lain untuk bermain, bercerita, belajar bersama, atau untuk melakukan hal-hal menarik lainnya. Dengan memiliki teman, kamu dapat terus berinteraksi dan bersosialisasi. Bagaimanakah proses interaksi dan sosialisasi itu berlangsung? Apa gunanya bagi
perkembangan kepribadianmu? Kamu akan menemui jawabannya setelah kamu mempelajari pelajaran ini.

Diharapkan setelah mempelajari materi ini, kamu akan mampu (1) mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial, (2) mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan kepribadian, (3) mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial, dan (4) menguraikan proses interaksi sosial.

Mempelajari materi ini akan membantu kamu dalam memahami kehidupan sosial manusia. Dengan demikian, kamu akan mampu mempersiapkan diri untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

A. Interaksi sebagai Proses Sosial
Salah satu ciri manusia adalah selalu hidup bersama manusia lainnya. Setiap orang sudah pasti selalu berhubungan atau bekerja sama dengan orang lain. Itulah sebabnya manusia disebut sebagai makhluk sosial. Salah satu ciri yang menandai bahwa manusia adalah makhluk sosial ialah manusia senantiasa melakukan interaksi sosial. Interaksi ialah tindakan atau aksi yang dibalas dengan reaksi. Interaksi tidak dapat dilakukan
secara sendiri, tetapi harus ada orang atau kelompok lain sebagai mitra untuk berinteraksi. Contohnya, untuk berjabat tangan, kamu membutuhkan orang lain. Seorang guru membutuhkan siswa agar berlangsung proses belajar-mengajar di kelas. Satu regu bola basket membutuhkan regu lainnya untuk bertanding. Dari contoh tersebut, dapat dilihat bahwa interaksi berlangsung antara individu (seseorang) dan individu yang lain, antara individu dan kelompok (kelompok orang-orang), maupun antara kelompok dan kelompok. Jadi, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis, baik yang menyangkut hubungan antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, maupun antara kelompok dan kelompok lain. Hubungan sosial itu terjadi melalui komunikasi dan kontak sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Sebab, tanpa adanya interaksi, tidak akan ada kehidupan bersama. Lalu, apa kaitan antara interaksi sosial dan proses sosial? Inti kehidupan sosial adalah interaksi sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan sosial (masyarakat). Karena ada interaksi sosial, terbentuklah kehidupan bersama. Dari adanya kehidupan bersama itulah timbul proses sosial. Proses sosial adalah hubungan timbal-balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui interaksi antarindividu masyarakat. Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan dalam kehidupan masyarakat yang dapat dilihat apabila individu atau kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Contoh: Seorang siswa baru di kelasmu. Hari pertama masuk, dia mungkin akan berbicara (artinya dia melakukan interaksi) dengan teman di kiri-kanannya. Dari hari ke hari, dia akan berinteraksi dengan siswa lainnya, saling menyesuaikan diri dan memengaruhi. Karena kedua pihak saling memengaruhi, kamu akan tahu kelebihannya dan kelemahannya. Siswa baru itu pun akan mengenal keadaan di kelasmu. Dari seorang siswa baru, lama-kelamaan dia menjadi bagian tak terpisahkan dari anggota kelasmu. Dengan demikian, interaksi sosial berkaitan erat dengan terjadinya proses sosial. Interaksi sosial merupakan dasar dan bentuk umum dari suatu proses sosial. Tanpa adanya interaksi sosial, tidak akan ada kehidupan bersama.

B. Sosialisasi sebagai Proses Pembentukan Kepribadian
Ketika siswa baru di kelasmu masuk di hari pertamanya, dia belum mengenal siapa pun di kelas itu. Untuk dapat diterima dengan baik oleh warga kelas itu, siswa baru tersebut harus bersosialisasi dengan seluruh warga kelas. Dia harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kelasnya. Kegiatan siswa baru yang berkaitan dengan upaya penyesuaian diri dengan lingkungan kelas barunya itu merupakan suatu proses sosialisasi.

Socio-Info
Sosialisasi: suatu proses belajar seorang anggota kelompok untuk mengenal, menghayati, dan berpartisipasi dalam kelompok di lingkungannya sehingga dia akan merasa menjadi bagian dari kelompoknya tadi.

1. Agen-Agen Sosialisasi
Sosialisasi dapat terjadi dengan bantuan pihak lain. Pihak-pihak yang berfungsi sebagai pelaksana proses sosialisasi biasa disebut sebagai agen sosialisasi. Para agen sosialisasi ini memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Agen sosialisasi tersebut ialah keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, dan media massa. Masing-masing agen merupakan media dalam perkembangan kepribadian.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama seorang anak memulai proses pembentukan kepribadiannya. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan utama dalam mengenalkan berbagai nilai dan norma kepada anak. Anak akan berinteraksi dengan ayah, ibu, dan saudara kandung. Di dalam keluarga, orang tua memiliki peranan penting dalam meletakkan dasar-dasar bersosialisasi berupa nilai dan norma. Nilai dan norma yang ditanam di dalam keluarga akan menjadi dasar bagi anak untuk bersosialisasi di luar lingkungan keluarga.

Socio-Info
Tiga hal yang dipelajari anak dalam keluarga ialah tata krama pergaulan, agama dan tata cara beribadah, serta berbagai peran sebagai anggota keluarga.

b. Teman Sebaya
Agen kedua dalam proses sosialisasi ialah teman sebaya. Teman sebaya merupakan kelompok di luar keluarga yang memiliki peran yang cukup penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Di lingkungan teman sebaya, anak akan menemukan berbagai kepribadian. Dia mungkin akan menemukan nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang diterima di dalam keluarganya. Dengan demikian, anak akan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan teman sebayanya. Dalam usaha menyesuaikan diri tersebut, dapat terjadi proses pengaruhmemengaruhi. Jika kamu bergaul dengan teman-teman  Teman sebaya, salah satu agen sosialisasi

c. Sekolah
Sekolah memiliki sejumlah tata tertib yang harus dipatuhi warga sekolah. Dengan demikian, anak harus menyesuaikan diri dengan tata tertib tersebut. Di sekolah, anak mempelajari beberapa hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga ataupun teman sebaya. Sekolah memperkenalkan aturan baru yang diperlukan bagi para siswa untuk mulai belajar sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, aturan-aturan yang telah dipelajari anak di rumah dilengkapi dengan aturan-aturan baru yang dipelajari di sekolah

Socio-Info
Di sekolah, anak belajar hal-hal yang cukup berpengaruh dalam pembentukan kepribadiannya: kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifitas (kekhususan). menjadi bekal bagi anak untuk dapat hidup di masyarakat. Jadi, sekolah merupakan agen sosialisasi penghubung antara lingkungan keluarga dan masyarakat. Guru merupakan agen sosialisasi di sekolah yang berperan penting terhadap pembentukan kepribadian seorang anak.

Anak belajar mandiri, contohnya sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Kerja sama dalam kelas hanya dibenarkan bila tidak melibatkan penipuan atau kecurangan. Anak belajar meraih prestasi. Sekolah menuntut siswa untuk berprestasi, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Kemampuan yang diperoleh serta keberhasilan maupun kegagalan yang dicapai menjadi dasar bagi penentuan peran di masa mendatang.

Anak belajar mengenai universalisme. Setiap siswa mendapat perlakuan sama di sekolah. Seorang siswa mendapat perlakuan berbeda hanya bila didasarkan pada kelakuan siswa di sekolah-apakah ia berkemampuan, bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan sekolah. Anak belajar hal-hal yang spesifik. Kegiatan siswa serta penilaian terhadap kelakuan mereka dibatasi secara spesifik di sekolah. Ia dapat memperoleh nilai jelek dalam satu jam pelajaran, tetapi mungkin meraih prestasi dalam jam pelajaran berikutnya.

d. Masyarakat
Semua orang tinggal dan hidup dalam masyarakat. Di dalam masyarakat, berlaku berbagai adat-istiadat, nilai, dan norma. Dalam memahami adat-istiadat, nilai, dan norma yang berlaku di masyarakat, setiap orang selalu berusaha melakukan sosialisasi agar dirinya dapat diterima keberadaannya di masyarakat. Proses mempelajari adat-istiadat masyarakat setempat itu sangat penting. Jika seorang gagal dalam bersosialisasi dengan lingkungan masyarakatnya, dia akan mengalami kesulitan atau menimbulkan kesulitan bagi lingkungannya. Maka, kita akan mendengar orang mengatakan 'tidak tahu adat'. 

e. Media Massa
Media massa merupakan agen sosialisasi yang cukup menarik. Perkembangan teknologi dan informasi media massa seperti koran, majalah, televisi, radio, film, video, dan buku (komik, novel) mempunyai peran yang besar dalam proses sosialisasi. Apa yang dibaca dan yang ditonton akan berpengaruh pada perkembangan pengetahuan. Adakah di antara kamu yang tidak suka menonton televisi? Televisi menawarkan beraneka acara: sinetron, musik, film, berita, infotainmen. Banyak tayangan yang dijadikan model bagi pemirsanya. Di antaranya ada yang berdampak positif bagi sosialisasi maupun berdampak negatif. Contoh dampak negatif media massa bagi kepribadian seseorang ialah tindak kekerasan yang dapat ditiru oleh penonton. Iklan-iklan yang ditayangkan juga dapat mengakibatkan pemirsa menjadi konsumtif. Jadi, jika informasi yang disampaikan media massa itu sesuai dengan norma sosial yang berlaku, dapat terbentuk kepribadian yang positif. Sebaliknya, jika informasi tersebut negatif, dapat terbentuk kepribadian yang kurang baik. Oleh sebab itu, kita harus menyeleksi bahan bacaan dan tontonan kita.

2. Fungsi dan Manfaat Sosialisasi
Setiap orang di sekitarmu memiliki peran tertentu. Fungsi sosialisasi ialah mempelajari peran. Setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat. Proses tersebut dinamakan pengambilan peran. Dalam proses ini, seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalankannya serta peran yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada dalam masyarakat, seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, proses sosialisasi dapat berlangsung dengan baik. Dalam bersosialisasi, kamu akan belajar menjaga sikapmu dalam menghadapi berbagai peran yang ada di sekitarmu. Sikapmu itu tercermin dalam caramu berpikir dan berbuat ketika berinteraksi dengan orang lain, atau menanggapi sesuatu keadaan. Keadaan tersebut lama-kelamaan akan membentuk pribadimu. Dalam bersosialisasi pula, kamu akan berusaha mengikuti adat-istiadat masyarakat setempat agar kamu dapat diterima di lingkunganmu. Hal itu akan berlangsung dari generasi ke genarasi sehingga adat-istiadat tersebut akan tetap bertahan dan melahirkan masyarakat sosial sesuai dengan budayanya, misalnya masyarakata Jawa, Ambon, Batak.


Socio-Info
Fungsi sosialisasi: mempelajari peran.
Manfaat sosialisasi: membentuk pribadi, mewariskan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan melahirkan masyarakat sosial sesuai dengan budayanya.

3. Status dan Peran dalam Masyarakat
Dalam bersosialisasi, kita harus memerhatikan status dan peran setiap individu dalam masyarakat. Mengetahui status dan peranan seseorang akan memudahkan kita untuk bersosialisasi. Apa yang ada di benak kamu jika mendengar kata guru? Tentu saja kamu akan menghubungkannya dengan salah satu hal berikut ini: mengajar di depan kelas, menasihati siswa yang bandel, memberi PR. Guru adalah status, sedangkan mengajar di depan kelas adalah peran. Dalam masyarakat, terdapat banyak peran dan status. Peran dan status seseorang menentukan dalam kehidupan bersosial. Berikut kita akan mempelajari apa itu peran dan status.
a. Status
Pak Ardabili adalah ayah dari Maman dan Mimin. Ia adalah suami dari Ibu Mirna. Beliau juga seorang Kepala Bagian Keuangan di kantornya. Di lingkungan RT, ia adalah Ketua RT. Sebagai warga masyarakat, Pak Ardabili menyandang banyak status: sebagai ayah, suami, kepala bagian keuangan, ketua RT. Lalu, apa status itu? Status berarti tempat/posisi seseorang di dalam suatu pola tertentu. Dalam kenyataannya, seseorang memiliki beberapa status. Hal tersebut dapat terjadi karena ia biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Walaupun memiliki banyak status, biasanya yang selalu menonjol hanya status yang utama. Dilihat dari cara memperolehnya, setiap individu dapat menduduki status sosial berikut.

(1) Ascribed status: status seseorang yang diperoleh secara otomatis berdasarkan kelahiran/turun-temurun. Misalnya, Pangeran Charles adalah seorang putra mahkota karena terlahir sebagai anak pertama Ratu Inggris, Diponegoro adalah seorang pangeran karena dia terlahir sebagai putra Sultan Hamengku Buwono III.
(2) Achieved status: status yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status doktor diperoleh setelah seseorang menyelesaikan rangkaian panjang pendidikan SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3. Juara kelas diraih setelah seseorang belajar dengan giat.
(3) Assigned status, status atau kedudukan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepada masyarakat. Misalnya, Drs. Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

b. Peran
Pernahkah kamu memerhatikan anak-anak kecil bermain dokter-dokteran (ada yang menjadi dokter, pasien, dan perawat), sekolah-sekolahan (ada yang menjadi guru, ada yang menjadi siswa)? Dokter akan memeriksa pasien, kemudian memberikan resep untuk membeli obat. Guru akan mengajar siswanya. Permainan itu mungkin saja pernah kamu mainkan dulu. Itulah salah satu contoh bermain peran. Dokter berperan memeriksa pasien, kemudian memberikan resep untuk membeli obat. Guru berperan mengajar siswanya. Dari contoh tersebut, dokter dan guru adalah status, sedangkan memeriksa pasien dan mengajar adalah peran. Jadi, peran adalah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang sesuai dengan status (kedudukan) yang dimilikinya. Peranan merupakan aspek dinamis dari status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya, dia melaksanakan suatu peranan. Peranan dan status adalah dua aspek dari gejala yang sama. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu bergantung pada yang lainnya. Tak ada peranan tanpa status dan sebaliknya tak ada status tanpa peranan. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma menentukan bahwa seorang dokter haruslah mampu mendiagnosa dan mengobati orang sakit. Jika ada dokter yang tidak mampu mendiagnosa dan mengobati penyakit, perlu diragukan apakah dia dokter benar atau palsu. 

C. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang terjadi dapat bersifat positif dapat pula bersifat negatif. Interaksi sosial positif disebut pula sebagai interaksi sosial asosiatif. Interaksi sosial negatif disebut juga interaksi sosial disosiatif. Interaksi asosiatif mengarah pada persatuan karena interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya mengarah pada persatuan. Interaksi disosiatif mengarah pada "perpecahan" karena interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya mengarah pada perpecahan. Dengan demikian, terdapat dua bentuk interaksi sosial yang sifatnya berlawanan, yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif.

1. Interaksi Sosial Asosiatif
Pola hubungan interaksi sosial yang bersifat asosiatif dapat tercipta karena adanya kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
a. Kerja Sama
Satu tim sepak bola harus bekerja sama untuk dapat menciptakan gol ke gawang lawan. Sangat jarang terjadi seorang pemain sepak bola mencetak gol tanpa bantuan temannya. Kekompakkan tim sepak bola merupakan salah satu contoh bentuk kerja sama. Dari contoh ini dapat dilihat bahwa kerja sama dapat timbul karena adanya orientasi perorangan terhadap kelompoknya sendiri (ingin timnya menang) atau kelompok orang lain (ingin tim lawan kalah). Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama. Tanpa adanya kerja sama, mustahil manusia mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Kerja sama adalah proses saling mendekati dan bekerja sama antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antarkelompok, dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan bersama. Kerja sama dapat kita temukan pada semua kelompok umur, mulai anak-anak sampai orang dewasa. Pada hakikatnya, kerja sama timbul apabila: 
(1)orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, 
(2)masing-masing pihak menyadari bahwa mereka hanya mungkin memenuhi kepentingan-kepentingan mereka tersebut melalui kerja sama.

b. Akomodasi
Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan. Akomodasi dilakukan dengan tujuan tercapainya kestabilan dan keharmonisan dalam kehidupan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Artinya, akomodasi merupakan bentuk penyelesaian tanpa mengorbankan salah satu pihak. Adakalanya, pertentangan yang terjadi sulit diatasi sehingga membutuhkan pihak ketiga sebagai perantara. Misalnya, perkelahian antara dua orang siswa di sekolah. Guru dapat menjadi perantara untuk mendamaikan kedua siswa setelah guru mempelajari penyebab terjadinya perkelahian. Adapun tujuan akomodasi adalah seperti berikut. 
(1) Mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. 
(2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secaratemporer.
(3) Memungkinkan terwujudnya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan.
(4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran.

c. Asimilasi
Asimilasi merupakan bentuk proses sosial yang ditandai dengan adanya usahausaha mengurangi perbedaan-perbedaan di antara orang-orang atau kelompok manusia. Mereka tidak lagi merasa sebagai kelompok yang berbeda sebab mereka lebih mengutamakan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai bersama. Bila kedua kelompok masyarakat telah mengadakan asimilasi, batas antara kedua kelompok masyarakat itu dapat hilang dan keduanya berbaur menjadi satu kelompok. Misalnya, orang Jawa yang bertransmigrasi ke Papua akan berasimilasi dengan penduduk setempat sehingga batas-batas antara kelompok masyarakat tidak begitu jelas lagi terlihat satu dengan lainnya. Banyak di antara mereka yang menikah dengan penduduk setempat. Proses asimilasi timbul bila terdapat hal-hal berikut. 
(1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
(2) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu lama.
(3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. 

Proses asimilasi dapat berlangsung dengan mudah atau dapat juga dihambat. Faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah sebagai berikut.
(1) Toleransi
(2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
(3) Sikap menghargai kehadiran orang asing dan kebudayaannya
(4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
(5) Memiliki persamaan historis dalam unsur-unsur kebudayaan
(6) Perkawinan campuran antarkelompok yang berbeda
(7) Adanya musuh bersama dari luar

Adapun faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah
seperti berikut.
(1) Terisolasi kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
(2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
(3) Adanya perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
(4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan golongan atau kelompoknya.
(5) Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri fisik.
(6) Adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan (in-group feeling).
(7) Apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
(8) Munculnya perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi.

d. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila terjadi percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Dalam akulturasi, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah dalam perbauran kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam dengan kebudayaan asli Indonesia. Bentuk-bentuk akulturasi yang masih ditemukan saat ini misalnya upacara Sekaten, Gerebeg Maulid, dan lainnya.

2. Interaksi Sosial Disosiatif
Disosiatif merupakan kebalikan dari asosiatif. Bila pada proses sosial asosiatif lebih menekankan bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif lebih ditekankan pada bentuk persaingan atau perlawanan. Terdapat tiga bentuk interaksi disasosiatif, yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan.
a. Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial yang terjadi di mana individu atau kelompok saling bersaing untuk berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui bidangbidang tertentu dengan menggunakan cara-cara yang terbuka dan adil. Misalnya, persaingan antara dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan siapa yang layak dapat bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi antara dua orang merupakan persaingan pribadi. Ada juga persaingan yang bersifat kelompok. Misalnya, persaingan antara Persipura Jayapura dan Persib Bandung dalam memperebutkan tempat di putaran final Liga Indonesia. Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa bentuk persaingan.
(1) Persaingan ekonomi, contohnya perang iklan menawarkan produk, baik di media massa cetak maupun elektronik; persaingan memperoleh pekerjaan.
(2) Persaingan kebudayaan, contohnya sinetron dan telenovela, peminat film Avatar lebih banyak daripada penggemar film Si Unyil, persaingan antara tontonan tradisional seperti wayang orang dan film-film di bioskop
(3) Persaingan kedudukan dan peranan, misalnya persaingan antara para calon gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada.
(4) Persaingan ras, misalnya persaingan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.

b. Pertentangan
Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana seseorang atau kelompok dengan sadar atau tidak sadar menentang pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan untuk mencapai tujuan atau keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan paham dan kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang pemisah) yang dapat mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak yang bertikai. Pertentangan dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat, individu atau kelompok, mulai dari lingkungan kecil sampai masyarakat luas. Pertentangan dapat timbul karena:
(1) perbedaan pendapat, prinsip, aturan antarindividu
(2) perbedaan adat istiadat, kebudayaan
(3) perbedaan kepentingan politik, ekonomi, dan sosial
(4) perubahan sosial, disorganisasi, dan disintegrasi

c. Kontravensi
Kontravensi ialah bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap tersebut dapat terlihat jelas atau tersembunyi. Sikap tersembunyi tersebut dapat berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Menurut sifatnya, bentuk-bentuk kontravensi adalah sebagai berikut.
(1) Umum: penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
(2) Sederhana: menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain.
(3) Intensif: penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
(4) Rahasia: mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.
(5) Taktis: mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain, memaksa pihak lain dengan kekerasan, provokasi, dan intimidasi.

0 comments:

Baca-Baca Yang ini ya Sob!!